MANUSIA
DAN KEADILAN
1.
MAKNA KEADILAN
Manusia sebagai makhluk Tuhan memiliki sifat kodrat
yaitu sifat kodrat perseorangan atau juga disebut makhluk pribadi dan sifat
kodrat masyrakat atau disebut makhluk sosial. Di dalam mengatur hubungan kodrat
manusia ini perlu adanya keserasian, keseimbangan, kesesuaian ataupun kesamaan
dalam tingkah laku baik untuk kepentingan pribadi ataupun untuk kepentingan
masyarakat. Kemampuan yang demikian itu menjelma sebagai tingkah laku yang adil
yang kemudian menjai tujuan umat manusia dalam mengatur kehidupannnya. Oleh sebab
itu tingkah laku adil atau keadilan menjadi tumpuan harapan manusia, semua
orang menghendaki keadilan. Keadilan ialah pengakuan dn perlakuan yang seimbang
antara hak dan kewajiban.
Apabila seseorang ataupun golongan hanya
mementingkan hak dan kewajiban sendiri tanpa memikirkan kepentingan orang lain
ataupun golongan lainnya, terjadilah keadilan semu.
Misalnya saja :
Pengusaha : bagi mereka menamakan adil, apabila
keuntungan terbesar jatuh pada pihak pedagang.
Buruh : bagi buruh menganggap adil apabila upah di
bayar pada waktunya dan keuntungan perusahaan juga dibagi wajar pada kaum
buruh.
Golongan Demokrat : menganggap adil apabila kepentingan rakyat
selalu diutamakan.
Golongan Komunis : menganggap adil sekiranya hak milik
perseorangan ditiadakan.
Ditinjau dari bentuk ataupun sifat-sifatnya,
keadilan dapat dikelompokkan menjadi 3 jenis :
1. Keadilan legal atau keadilan moral
2. Keadilan distributif
3.
Keadilan
komutatif
2. KEJUJURAN DAN KEBENARAN
Kejujuran
atau jujur artinya apa yang dikatakan seseorang sesuai dengan hati nuraninyaapa
yang dikatakanya sesuai dengan kenyataan yang ada. Sedng kenyataan yang ada itu
adalah kenyataan yang benar benar ada. Jujur juga berarti seseorang bersih
hatinya dari perbuatan perbuatan yang dilarang oleh agama dan hukum. Untuk itu
dituntut satu kata dan perbuatan, yang berarti bahwa apa yang dikatakan harus
sama dengan perbuatannya.
Kebenaran
atau benar dalam arti moral berarti tidak palsu,tidak munafik, yakni bila
perkataannya sesuaidengan keyakinan batinnya atau hatinya. Suatu kebenaran
sejati, berlaku bagi setiap orang yang mengatahui. Demikianlah kebenaran dan
kejujuran yang di landasi oleh kesadaran moral yang tinggi adalah kesadaran
tentang akan sama hak dan kewajiban, serta rasa takut terhadap salah atau dosa.
Kejujurann dan kebenaran merupakan landasan keadilan.
3. KECURANGAN
Kecurangan
atau curang identik dengan ketidakjujuran atau tidak jujur, dan sama pula
dengan licik, meskipun tidak serupa benar. Kecurangan dan sifat sifat jahat
yang serupa seperti penipuan, pemalsuan, pembohong, perampokan, dll merupakan
bagian hidup manusia. Bermacam cara orang berbuat curang dan sungguh luas
kawasannya. Ditinjau dari hubungan manusia dengan alam sekitarnya, ada empat
aspek yakni aspek ekonomi, aspek kebudayaan, aspek peradaban, dan aspek teknik.
Apabila keempat aspek tersebut dilaksanakan secara wajar maka segalanya akan
berjalan sesuai dengan norma-norma moral atau norma hukum.
4. PEMULIHAN NAMA BAIK
Pada
hakikatnya, pemulihan nama baik adalah kesadaran manusia akan segala
kesalahannya, bahwa apa yang diperbuatnya tidak sesuai dengan ukuran moral atau
tidak sesuai akhlak.
Akhlak
berasal dari Bahasa Arab Akhlaq, bentuk jamak dari khuluq dan dari akar kata
khalaq yang berarti penciptaan. Oleh karena itu, tingkah laku dan perbuatan
manusia harus disesuaikan dengan penciptaannya sebagai manusia.
Ada tiga
macam godaan yaitu derajat/pangkat, harta dan wanita. Bila orang tak dapat
menguassai hawa nafsunya, maka orang akan terjerumus ke jurang kenistaan karena
untuk memiliki derajat/pangkat,harta dan wanita itu dengan mempergunakan jalan
yang tidak wajar.
Untuk
memulihkan nama baik, manusia harus tobat atau minta maaf. Tobat dan minta maaf
tidak hanya di bibir, melainkan harus bertingkah laku yang sopan, ramah,
berbuat budi darma dengan memberikan kebajikan dan pertolongan kepada sesama
hidup yang perlu di tolong dengan penuh kasih sayang, tanpa pamrih, takwa kepada
Tuhan, dan mempunyai sikap rela, tawakal, jujur, adil dan budi luhur di pupuk.
5. PEMBALASAN
Pembalasan
bersifat positif dan ada yang bersifat negatif. Pembalasan yang bersifat
positif ialah pembalasan yang dilakukan atas dasar saling menjaga dan
menghargai hak dan kewajiban masing masing.
Pembalasan
disebabkan adanya pergaulan. Pergaulan yang bersahabat mendapat balasan
bersahabat. Sebaliknya pergaulan yang penuh kecurigaan menimbulkan balasan yang
tidak bersahabat pula.
Sumber : Buku Ilmu Budaya Dasar _ Drs. Joko Tri Prasetya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar